1. |
Kelabu
02:43
|
|
||
Bermula satu ceritera
Terkandas, seribu satu rasa
Di pagi hari, mengharap pelangi
Yang hanya menanti
Cuma konkrit kelabu
Yang memasung impi
Terkilan membaca berita
Terbongkar seribu satu rahasia
Cerminkan diri, mencari erti
Mengharap pelangi
Yang ada hanya kelabu
Untuk mewarnai hati
|
||||
2. |
Langgam Marhaen
03:42
|
|
||
Izinkanku bertanya, wahai sang bayu
Mengapa kau berduka, menjelang hujung waktu
Hatimu yang tulus, ditelan arus kota yang kian maju
Nafasmu kini tersekat di celahan belantara baru
Oh manisnya kata-kata mereka
Sehingga kau dipenjara
Izinkanku bertanya oh mimpiku
Segala maksudmu
Segala yang tersirat di kalbu
Kau perlihatkanku datangnya dia di hujung waktu
Dunia jangan kau bawa mimpiku bersamamu
Oh manisnya kata-kata mereka
Sehingga kita terpedaya
Izinkan ku mencari
Kalimah buat nafasku yang terakhir
Aku masih di sini
Masih menunggu cahaya esok hari
Oh manisnya kata-kata mereka
Segalanya diperkosa
|
||||
3. |
Pagi
02:55
|
|
||
Gemersik suara hati yang terluka
Api yang membakar jiwa kian hambar
Hempukkan hidup semakin terselah
Sinar mentari seakan gerhana
Mengapa ada lelah di hati
Menepis resah diganti ilusi
Mengapa ada kesal di hati
Titip harapan pada langit pagi
Lembayung senja kini enggan bersama
Ternyata angkuh masih membakar
Canggung melihat tingkah yang sebenar
Matinya deria ditelan alpa
Mengapa ada kesumat di hati
Sedangkan ia sekadar ilusi
Mengapa ada rasa bangga diri
Gerhana kembali melanda pagi
|
||||
4. |
Kembara Di Jalanan
05:16
|
|
||
Lima tiga puluh, dinginnya dini hari
Loceng jam berbunyi, keluarga masih dibuai mimpi
Bersiap untuk menempuh hari
Doa dilimpah rezeki
Harap kasih anak isteri yang ditinggalkan seketika
Hari demi hari
Penumpang silih berganti
Dibawa ke sana sini
Tujuan masih tak pasti
Setiap lorong setiap pelusuk kota
Setiap jalan membawa cerita
Ada riang ada duka, penuh harapan atau ditelan lara
Bangunan tinggi tidak bermakna lagi
Cita- cita kian sepi ditelan bumi sendiri
Hari demi hari
Penumpang silih berganti
Cekalkan hati sendiri
Tujuan, mencari yang pasti
Kembara di jalanan
Satu lumrah harian
Merempuh segala rintangan demi mencapai kesejahteraan
Kembara di jalanan
Satu lumrah harian
Merempuh segala dugaan demi mencapai kesejahteraan
Maghrib berkumandang di radio
Tiba masanya pulang ke pelukan keluarga tersayang
|
||||
5. |
Merah Tanda Marabahaya
03:53
|
|
||
Doa dan restu menjadi saksi
Terasa hari seakan abadi
Di kota yang tak kenal sepi
Terpaksa hadam segala yang diberi
Amarah semakin menular
Pertempuran rasa mencari medannya
Oh dewa kota yang dipuja
Marhaenmu mencari penawar sengsara
Nyalalah api keangkuhan
Di kota sengketa yang bertopengkan kedamaian
Senda tawa dan irama jentera jalanan
Dengungan khayalan
Waktu seakan mencengkam hati
Terasa hari seakan abadi
Di kota yang tak kenal sepi
Terpaksa hadam segala yang diberi
Senafas, berterbangan di angkasa
Seteguk, menepis segala nestapa
Sebutir, penguat jiwa
Mengejar impian entah ke mana
Nyalalah api keangkuhan
Di kota sengketa yang bertopengkan kedamaian
Senda tawa dan irama jentera jalanan
Dengungan khayalan
Merah tanda marabahaya
Laungkan penguat suara
Selamatkan jiwa
|
||||
6. |
Malam
05:06
|
|
||
Giliran malam menyelubungi kota
Cahaya kuning jalanan
Dan sinar bulan bersua
Pulanglah semua
Tinggalkan dosa siang
Tidurlah semua seperti
Anak dalam buaian
Tinggalku seorang tua
Mencari harta
Diantara kaca dan akhbar harian
Sebelum ku lena
Berselimutkan harapan
Dan dingin malam
Terdengar teriak kota
Di kala ketenangan
Sakitnya luka di siang hari
Tiada siapa yang peduli
Sungai di tengah kota
Teman penglipur lara
Suasana yang memabukkan
Arus menghanyutkan duka
Tinggalku seorang wanita
Mencari teman untuk menjalin asmara demi mata pencarian
Sebelumku lena berselimutkan harapan dan dingin malam
Tinggalku seorang diri mencari jawapan
Mencari ketenangan di kala kekalutan
Sebelumku lena berselimutkan harapan dan dingin malam
|
||||
7. |
Elegi
04:48
|
|
||
Berkibarlah panji-panji peperangan
Di antara hati dan fikiran
Racun dunia yang memakan diri
Pasti kelak akan berakhir
Di atas perahu yang hanyut di lautan
Mencari bintang untuk dijadikan pedoman
Seorang diri berkelana mencari pasti
Hati di tangan takdir
Benarkah pelangi yang ku kejar selama ini
Hanya mainan mimpi
Di malam hari
Sugul dan sepi disisi
Dan bertemankan elegi
Benarkah pelangi yang ku kejar selama ini
Hanya mainan mimpi
Di malam hari
Sugul dan sepi disisi
Dan bertemankan elegi
|
||||
8. |
Tuhan Metropolis
04:37
|
|
||
Oh tuhan metropolis megah sungguh bandarayamu
Tersergam indah kota impianmu
Oh tuhan metropolis ramai para pengikutmu
Yang mengabdikan diri, jiwa dan raga, setiap masa tanpa lupa demi kepentingan mu
Oh tuhan metropolis sang pencatur sakti, dewa zaman kini
Oh tuhan metropolis jadikanlah kami pekerja yang tak erti penat lelah kerja siang malam membanting tulang
Demi kepentinganmu
Di sana mereka menyanyi nasyid dan liturgi
Menjunjung kebesaranmu
Demi stabiliti ekonomi, nilai harga diri, denyutan nadi
Demi kepentinganmu
|
||||
9. |
Mardhiah
04:34
|
|
||
Di waktu kalut berleluasa
Dan harapan terselindung di sudut hati
Kau hadir dalam sepi
Tawamu penghapus duka dan lara
Dan tangismu penawar rindu
Pembawa kasih sayang
Oh Mardhiah tabahkan dirimu selalu
Di dunia yang mahunya hanyalah dirimu
Berjuta bintang di langit tak setara yang satu
Yang telah bertakhta di hatimu
Dewasa penuh pancaroba
Jalan sunyi yang bakal kau lalui
Ia hanya sementara
Segala pahit yang kau rasa
Percyalah semuanya akan berakhir
Akan kembali suci
Oh Mardhiah tabahkan dirimu selalu
Di dunia yang inginkan segalanya darimu
Berjuta bintang di langit tak setara yang satu
Yang telah bertakhta di hatimu
Datang malam sepi
Alam putar menari
Nafas hanyalah mimpi
Sedarlah kepada yang abadi
Oh Mardhiah tabahkan dirimu selalu
Jangan kau mudah menyerahkan jiwamu
Berjuta bintang di langit tak setara yang satu
Yang telah bertakhta di hati
Dunia bukan sebagai ganti
Sentiasa sucikan hatimu
|
Gerhana Records Singapore
Record label that aims to promote music in Bahasa Melayu and Bahasa Indonesia
Streaming and Download help
If you like Tinjau Belukar, you may also like:
Bandcamp Daily your guide to the world of Bandcamp